
Peringatan Maulid Nabi bagi umat Islam adalah bentuk ekspresi rasa syukur atas kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa agama Islam dan Rahmat bagi seluruh semesta. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Akhir-akhir ini banyak isu-isu bertebaran yang menyatakan bahwa peringatan maulid Nabi adalah tindakan bid’ah yang menyeret pada jurang kesesatan. Klaim semacam ini sering ditemukan di berbagai kajian maupun postingan-postingan di media sosial hingga menyebabkan banyak orang awam merasa ragu untuk memperingati maulid Nabi. Namun, apakah benar klaim tersebut atau justru klaim-klaim yang menyatakan bid’ah tercela merupakan syubhat untuk memunculkan keraguan pada Umat Islam agar menghindari peringatan maulid tersebut. Mari kita ulas berdasarkan kajian para Ulama besar yang keilmuannya diakui dunia Islam dalam lintas generasi.
Maulid Nabi dalam perspektif Para Ulama
Imam as-Suyuti (w. 911 H) sebagaimana yang dinukil di dalam kitab I’anah al-Thalibin, juz 3, h. 413-414 disebutkan:
إعانة الطالبين : ج 3 ص 413 – 414
في فتاوى الحافظ السيوطي في باب الوليمة (سئل) عن عمل المولد النبوي في شهر ربيع الأول ما حكمه من حيث الشرع؟ وهل هو محمود أو مذموم؟ وهل يثاب فاعله أو لا؟ قال: (والجواب) عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي – صلى الله عليه وسلم – وما وقع في مولده من الآيات ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك من البدع الحسنة التي عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي – صلى الله عليه وسلم – وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف . اهـ
Dalam kitab Fatawanya Imam As-Suyuti dalam bab Walimah beliau (Imam Suyuti) ditanya mengenai peringatan Maulid Nabi setiap bulan Rabi’ul Awal bagaimana hukumnya menurut syara’? apakah terpuji atau tercela? Dan yang memperingatinya apakah mendapat pahala ataukah tidak? Imam Suyuti menjawab: Menurut kami, sesungguhnya peringatan Maulid Nabi yang berupa perkumpulan orang-orang, membaca Al-Qur’an, membaca riwayat hadits-hadits tentang kelahiran baginda Nabi dan peristiwa luar biasa yang mengiringi kelahirannya, kemudian menggelar hidangan makanan dan setelah kegiatan selesai mereka bubar. Kegiatan seperti ini termasuk bid’ah yang baik dan mendatangkan pahala karena telah mengagungkan kedudukan baginda Nabi, memperlihatkan kebahagiaan dan kesenangan dengan kelahiran baginda Nabi yang mulia.
Masih dalam kitab I’anah al-Thalibin, juz 3, h. 414 disebutkan pendapat Imam Abu Syamah al-Maqdisi gurunya Imam Nawawi (w. 665 H.), beliau mengatakan:
قال الإمام أبو شامة شيخ النووي: ومن أحسن ما ابتدع في زماننا ما يفعل كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده – صلى الله عليه وسلم – من الصدقات والمعروف، وإظهار الزينة والسرور، فإن ذلك – مع ما فيه من الإحسان للفقراء – مشعر بمحبة النبي – صلى الله عليه وسلم – وتعظيمه في قلب فاعل ذلك وشكر الله تعالى على ما من به من إيجاد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – الذي أرسله رحمة للعالمين . اهـ
Imam Abu Syamah guru dari Imam Nawawi berkata: Diantara bid’ah terbaik pada zaman ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap tahun yang bertepatan dengan kelahiran baginda Nabi Saw. yang berupa sedekah, kebaikan-kebaikan, memperlihatkan penampilan bagus dan kebahagiaan. Perbuatan tersebut -yaitu berbuat kebaikan untuk orang-orang fakir- telah mencerminkan kecintaan dan mengagungkan baginda Nabi Saw. serta mensyukuri anugerah Allah yang berupa kelahiran baginda Nabi yang diutus sebagai Rahmat untuk seluruh alam.
Imam Abu al-Faraj Jamaluddin Abdurrahman bin Abi al-Hasan yang populer dengan panggilan Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 597 H.) mengatakan:
إعانة الطالبين: ج 3 ص 414
وقال ابن الجوزي: من خواصه أنه أمان في ذلك العام، وبشرى عاجلة بنيل البغية والمرام . اهـ
Ibn al-Jauzi berkata: Diantara keistimewaan memperingati maulid Nabi adalah Allah akan memberikan ketentraman kepadanya selama satu tahun tersebut serta keberuntungan dengan meraih harapan dan cita-cita.
Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani sebagaimana dikutip dalam Kitab I’anah al-Thalibin, juz 3, h. 414 menyatakan:
واستنبط الحافظ ابن حجر تخريج عمل المولد على أصل ثابت في السنة، وهو ما في الصحيحين أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء، فسألهم، فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون، ونجى موسى، ونحن نصومه شكرا. فقال نحن أولى بموسى منكم . اهـ
Al-Hafidz Ibn Hajar beristinbat dalam menetapkan hukum memperingati maulid Nabi melalui As-Sunnah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. ketika datang ke kota Madinah dan menjumpai orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Lalu Nabi bertanya kepada mereka mengenai alasan berpuasa di hari Asyura’. Orang-orang Yahudi menjawab: Hari ini (hari Asyura’) adalah hari dimana Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa dari kekejamannya dan kami berpuasa sebagai bentuk syukur. Lalu Nabi menjawab: Jika demikian, kami lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada kalian.
Jika mencermati beberapa referensi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa peringatan maulid Nabi dilakukan atas dasar bersyukur kepada Allah karena Allah telah menghadiahkan baginda Nabi kepada kita sebagai umatnya. Dalam nash-nash Islam dinyatakan bahwa bersyukur merupakan satu keharusan, sedangkan mengekspresikan rasa syukur boleh dengan berbagai kegiatan baik seperti membaca Al-Qur’an, mengundang handaitaulan untuk makan bersama, membaca shalawat Nabi, berpuasa, dan kegiatan baik lainnya. Selain bersyukur, maulid nabi dilakukan atas dasar mengeskpresikan kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, maka peringatan Maulid Nabi dari segi tujuan adalah perkara yang dianjurkan, sedangkan dari sisi bentuk kegiatannya maka jika kegiatan diisi dengan perbuatan baik seperti membaca Al-Qur’an, shalawat, memuji baginda Nabi, sedekah makanan atau lainnya maka praktik ini diperbolehkan bahkan menjadi amalan ketaatan. Semoga manfaat.!